Alam pada umumnya pantai telah menyediakan mekanisme perlindungan alami yang efektif. Pada pantai berpasir, lindungan alami tersebut berupa hamparan pasir yang merupakan penghancur energi yang efektif, serta bukit pasir (sand dune) yang merupakan cadangan pasir. Disamping itu bukit pasir juga merupakan pelindung daerah belakang pantai dari amukan badai yang setiap saat mengancamnya. Sedangkan pada pantai lumpur/tanah liat, alam menyediakan tumbuhan pantai seperti pohon api-api dan bakau (mangrove) yang dapat tumbuh subur pada jenis tanah ini. Tumbuhan pantai ini akan memecahkan energi gelombang yang datang ke pantai. Akar-akar pohon akan menghambat laju kecepatan air sehingga terjadi proses pengendapan material pantai di sekitar tumbuhan tersebut.
Bila perlindungan alamiah itu tidak ada atau rusak, maka untuk melindungi pantai terhadap erosi dapat dilakukan dengan cara artifisial atau buatan, baik dengan membuat bangunan pengaman pantai maupun dengan cara-cara lainnya. Pada uraian berikut ini akan ditinjau beberapa cara perlindungan terhadap bahaya erosi pantai.
Perencanaan penanganan pantai yang dapat dilakukan dengan digolongkan berdasarkan kinerja masing-masing alternatif, tergantung dari penyebab timbulnya permasalahan. Terdapat 7 cara mengurangi atau mencegah kerusakan pantai akibat erosi dan abrasi, yaitu :
1.Pengubahan Laju Angkutan Sedimen Sejajar Pantai
Cara ini cukup efektif apabila pantai yang akan diamankan berupa pantai pasir. Apabila pantai berupa lumpur (silt) atau tanah liat (clay) hasilnya belum tentu memuaskan. Oleh karena itu cara ini biasanya digunakan untuk pantai berpasir. Guna menambah laju angkutan sedimen sejajar pantai dapat dilakukan dengan mengatur atau mengurangi angkutan sepanjang pantai (longshore transport). Bangunan yang dipergunakan untuk mengurangi atau mengatur longshore transport tersebut biasanya berupa satu seri krib laut (groin) yang dibangun menjorok ke arah laut. Arah bangunan bisanya tegak lurus garis pantai tetapi untuk kondisi batimetri tertentu arah bangunan dapat membentuk sudut tertentu terhadap garis pantai. Groin dapat berbentuk lurus (huruf I) atau berbentuk huruf L, T atau Y. Fungsi utama bangunan ini adalah memperkecil kecepatan arus yang sejajar dengan garis pantai sehingga gerakan sedimen sepanjang pantai dapat dikurangi. Groin dapat dibuat dari berbagai bahan seperti kayu, baja, maupun tumpukan batu. Dari sifat kelulusan airnya dikenal groin permeabel dan impermeabel. Yang dimaksud dengan groin permeabel yaitu suatu groin dengan type konstruksi yang mampu meloloskan air maupun sedimen dalam jumlah tertentu, sedangkan groin impermeabel terbuat dari konstruksi kedap air. Hal lain yang menentukan efektifitas suatu groin dalam mengatur angkutan pasir sepanjang pantai adalah tinggi, panjang dan jarak groin tersebut.
Kelemahan konstruksi groin adalah terjadinya erosi di bagian hilir groin (down drift), sehingga masalah ini harus diperhatikan untuk mendapatkan usia groin yang cukup panjang. Disamping itu kelemahan yang lain adalah konstruksi ini kurang efektif untuk pantai berlumpur.
Terdapat konstruksi lain yang mirip dengan groin tetapi dengan dimensi yang relatif agak panjang, yang biasanya dipergunakan untuk stabilitas muara sungai atau saluran drainase, konstruksi ini dikenal dengan nama. Untuk merancang bangunan tersebut diperlukan data angkutan sedimen sepanjang pantai. Besarnya angkutan sedimen sepanjang pantai tersebut dapat diperkirakan dengan mengetahui karakteristik gelombang yang mengenai pantai. Oleh karena itu untuk merancang bangunan tersebut sekurang-kurangnya diperlukan data gelombang (baik besar maupun arahnya), peta bathimetri dan data sedimen.
2.Pengurangan Energi Gelombang yang Mengenai Pantai
Pengurangan energi gelombang yang menghantam pantai dapat dilakukan dengan membuat bangunan pemecah gelombang sejajar pantai (breakwater). Dengan adanya bangunan ini gelombang yang datang menghantam pantai sudah pecah pada suatu tempat yang agak jauh dari pantai, sehingga energi gelombang yang sampai di pantai cukup kecil. Pemecah gelombang ini dapat berupa bangunan yang berada diatas permukaan air ataupun yang berada di bawah air. Terdapat pula pemecah gelombang berupa bangunan terapung (floating breakwater), namun konstruksi jenis ini jarang dipakai. Apabila konstruksinya terendam di bawah muka air (submerged breakwater), perlu dipertimbangkan dengan seksama besarnya energi gelombang yang masih bisa diteruskan ke arah pantai.
3.Perkuatan Tebing
Perkuatan tebing pantai dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya pemasangan bangunan perlindungan pantai (revetment/riprap), dan pemasangan dinding/tembok laut (sea wall).
Bangunan tersebut berfungsi melindungi tanah di belakang dinding/revetment dari gempuran gelombang. Bentuk revetment dan dinding/tembok laut pada prinsipnya adalah sama, yang berbeda adalah fungsinya. Tembok laut biasanya untuk melindungi pantai terhadap gelombang yang cukup besar dan juga menahan tanah di belakangnya, sedang revetment untuk perlindungan terhadap gelombang yang relatif kecil dan tidak menahan tanah di belakangnyal.
Kelemahan bangunan ini adalah kemungkinan terjadinya penggerusan yang cukup dalam di kaki bangunan, sehingga dapat mengganggu stabilitas bangunan. Oleh karenanya pada bagian kaki bangunan ini harus dibuatkan suatu perlindungan erosi (toe protection) yang cukup baik. Kelemahan lainnya adalah garis pantai tidak akan mengalami penambahan ke arah laut.
4. Peninggian Muka Tanah Pantai
Salah satu cara untuk meninggikan muka tanah pantai adalah dengan cara membuat dunes (gundukan) dengan pasir atau dengan vegetasi seperti tanaman-tanaman pantai. Dengan cara ini maka permasalahan erosi pantai akan berkurang karena terhalang oleh adanya dunes (gundukan) tersebut. Cara ini biasa dilakukan pada pantai berpasir, sedangkan untuk pantai lumpur hal ini sulit dilakukan. Gundukan pasir (sand dunes) biasanya terjadi secara alami dengan bantuan angin dan gelombang.
5. Penambahan Catu Sedimen
Cara ini biasa dilakukan pada pantai berpasir, sedangkan untuk pantai lumpur hal ini sulit dilakukan. Penambahan suplai sedimen dapat dilakukan dengan sand nourishment yaitu dengan menambahkan catu sedimen dari darat atau dari tempat lain pada tempat yang potensial akan tererosi. Penambahan atau pemberian pasir ini dapat dilakukan dengan menggunakan bahan dari laut maupun dari darat, tergantung ketersediaan material dan kemudahan transportasinya. Cara ini sesungguhnya merupakan cara yang cukup baik dan tidak memberikan dampak negatif pada pantai lain di sekitarnya, namun perlu dilakukan secara menerus sehingga memerlukan biaya pemeliharaan yang besar.
6.Penanaman Tumbuhan Pelindung Pantai (Reboisasi)
Penanaman tumbuhan pelindung pantai seperti pohon bakau (mangrove) atau pohon api-api sangat cocok untuk pantai lumpur atau lempung. Pohon bakau selain dapat mematahkan energi gelombang juga bermanfaat untuk beberapa hal seperti berikut ini:
- Perlindungan dan pelestarian terhadap kehidupan pantai, seperti ikan, burung dan satwa-satwa lain yang hidup di daerah tersebut.
- Membantu mempercepat pertumbuhan pantai, lumpur yang terbawa air dapat diendapkan di sela-sela akar.
- Sebagai daerah green belt yang dapat berfungsi sebagai daerah produksi oksigen.
Yang perlu diperhatikan dalam penanaman pohon bakau ini adalah pemenuhan dan penyediaan syarat-syarat agar pohon tersebut dapat hidup. Untuk keperluan ini perlu dilakukan penelitian khusus oleh instansi terkait.
7. Penerapan Produk Hukum
Penerapan produk hukum ini termasuk juga salah satu alternatif penanganan. Produk hukum ini berupa undang-undang pembatasan dan pelarangan terhadap :
- Penambangan material pantai.
- Pengambilan karang.
- Perusakan tumbuhan pelindung pantai.
- Penggalian pasir di sekitar pantai dan lain-lainnya.
- Penerapan sempadan pantai
Adanya undang-undang pembatasan dan pelarangan hal-hal tersebut diatas, dapat mengurangi permasalahan yang akan timbul. Sebaliknya apabila tidak ada undang-undang yang membatasi, akan menyebabkan kegiatan seperti penambangan material pantai, pengambilan karang, perusakan tumbuhan pelindung pantai, penggalian pasir di sekitar pantai yang semena-mena, maka akan timbul permasalahan yang baru. Oleh karena itu penerapan produk hukum sebagai salah satu alternatif penanganan sangatlah penting.
Kesimpulan,Pada dasarnya erosi dan abrasi pantai dapat terjadi apabila angkutan sedimen yang terjadi pada suatu pantai lebih besar daripada catu sedimen yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara sepanjang pantai tersebut atau tebing pantai tersebut tidak mampu menahan gempuran gelombang (meskipun angkutan sedimen di pantai tersebut sangat kecil). Namun umumnya proses erosi yang terjadi di alam tidak terjadi hanya karena suatu sebab saja dan biasanya terjadi oleh gabungan antara beberapa hal.
SEBERAPA BERMANFAAT ARTIKEL INI ?
Berikan Penilaian Anda.
0 Komentar
Terima Kasih,Telah memberi komentar yang baik.